Saat ini angka penularan HIV/AIDS untuk kawasan SUMBAR memang di dominasi oleh pengguna Narkoba Suntik atau IDU, akan tetapi saat ini trend sex bebas mulai mendominasi dalam kehidupan remaja saat ini. Hal ini tidak bisa kita pungkiri, pola pacaran yang berjalan saat ini sudah mulai tidak sehat dan tidak save ini bisa dibuktikan dengan banyaknya kejadian.yang terekspos ke media-media, fasilitas esek-esek yang masih tersedia, dan penanganan masalah prostitusi yang kurang serius.
Potensi terbesar kedua untuk penularan virus HIV/AIDS ini berasal dari hubungan seks yang tidak save baik hubungan homoseksual maupun heteroseksual.
Kami pernah menghadiri sebuah seminar sehari yang mengangkat permasalahan HIV/AIDS, dan saat itu kebetulan di daulat menjadi salah seorang narasumber dikarenakan kami berkegiatan di sebuah LSM yang konsen dengan isu HIV/AIDS. Selain kami, ada beberapa elemen lain yang juga menjadi narasumber pada saat itu, seperti Badan Narkitika yang diwakili oleh kepolisian dan juga dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta dari Dinas Kesehatan.
Penyampaian materi dari masing-masing narasumber tidak mengalami kendala yang berarti. Permasalahan muncul disaat kami mencoba memberikan informasi bahwa selama ini kami melakukan outreach atau penjangkauan terhadap teman-teman faktor resiko dengan melakukan kunjungan ke beberapa titik yang menjadi komunitas beberapa penjaja seks komersil. Diwaktu melakukan diskusi di lapangan kami juga memberikan beberapa bungkus kondom dengan maksud agar mereka melakukan hubungan seks dengan lebih save sehingga tujuan kami untuk memutus rantai penularan HIV/AIDS bisa tercapai.
Hal ini mendapatkan respon yang kurang baik dari peserta seminar dan juga dari salah satu narasumber acara. Yang sangat kami sayangkan panitia pun ikut memojokkan kegiatan yang telah kami lakukan tersebut. Terjadilah perdebatan yang menjurus kepada aksi memojokkan dari salah seorang narasumber, peserta dan juga dari panitia kegiatan seminar tersebut. Kami mengakui bahwa kegiatan yang telah kami lakukan salah, akan tetapi apa tindakan kongkrit pemerintah selama ini, “tidak ada” itu yang menjadi point utamanya. Kami mencoba berimprovisasi untuk mengurangi dampak HIV/AIDS ini di SUMBAR, kenapa kami malah dianggap didomplengi oleh pihak-pihak lain untuk menghancurkan SUMBAR. Hal yang sangat kami sayangkan sekali dengan potensi pola piker dari panitia,peserta dan juga narasumber yang memahami agama secara komprehensif hanya bisa memojokkan akan tetapi tidak memberikan solusi konkrit untuk kami memutus rantai penularan virus ini.
Dinas Kesehatan pun menjadi bulan-bulanan saat itu, dengan program ATM Kondom yang akan mereka luncurkan dalam waktu dekat mendapatkan respon yang juga sangat pahit dari seluruh peserta seminar. Kita bisa lihat, kedepan akan bertambah banyak kasus HIV/AIDS Di Sumatera Barat, bertambahlah bayi-bayi mungil yang akan di aborsi oleh ibunya, dan hal-hal lain yang akan menambah rusak falsafah yang diagung-agungkan oleh SUMBAR sampai saat ini “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”.
HIDARILAH HIV/AIDS Dengan menggunakan kondom, dan setialah terhadap pasangan anda.
2 komentar:
Apakh dengan membagikan kondom, kita memebrikan lampu hijau untuk kemaksiatan? apkah tidak lebih baik mangajak pelaku agar mau menikah saja,...jd ga perlu pake kondom,.. heheheh :)
sbelumnya gw mau menanggapi komentar dr avartara. Mnrt gw, org yg telah mnikah bkan berarti mereka tdak memerlukan kndom. Coba bayangkan bagaimana jika kita tdak mengetahui ternyata suami/istri kita ternyata mengidap HIV/AIDS, dan kita melakukan hub. seksual dengan dia, kita pasti juga akan tertular. Gw c setuju bgt dgn pbagian kndom dtmpt prostitusi dan dibuatnya ATM kondom. Seharusnya kita sadar bahwa prostitusi sdh ada sblum kndom ditemukan. Lagipula, seseorang gak akn dengan mudah tergiur begitu saja u/melakukan hub.seksual setelah mereka mendapat kondom. Selain itu, kondom juga Gak Berpori,, jadi penderita HIV/AIDS gak akan menularkan virusnya pada pasangan manakala mereka melakukan hub. seksual..
Posting Komentar