Covid 19 : Nggak Perlu Takut Vs Pandemi dan Lockdown di Dunia

26 Maret 2020


Optimistis yang tergambar dari video ini memberikan semangat baru dan juga pemahaman baru bagi penonton video tersebut dalam menyikapi pandemi covid 19 ini. Ternyata dari paparan tersebut, virus covid 19 sama dengan virus lainnya, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan. Penularannya memang cepat akan tetapi tidak akan berpengaruh kepada individu yang memiliki imun yang kuat. Banyak statement optimisme yang disampaikan, sehingga bisa disimpulkan Covid 19 hanyalah VIRUS BARU YANG BIASA.

Dari 3 video tersebut, terus terang ada jawaban atas kegelisahan, dan juga kegalauan yang selama ini mendera pemikiran, akan tetapi ada yang lebih menakutkan ketimbang optimisme tersebut........

Spirit LALAI ditakutkan akan muncul setelah melihat video ini......, sama TB, Asma dll yang lebih mematikan kita santuy saja, kenapa dengan covid 19 ini harus takut. Pada akhirnya semua orang akan mulai menanggapi hal ini dengan ketenangan yang hakiki.

Keluar rumah, nongkrong seru dengan sohib, bikin kegiatan-kegiatan keramaian seperti biasa dan banyak hal lain yang secara instruksi akan terabaikan. 

Mungkin karena beliau (Pak Indro) memang sudah ahli dibidangnya, sehingga ada kesan menganggap pandemi ini disebabkan oleh virus yang biasa, dan yang lebih bikin nggk asik itu adalah....angka 3 persen yang disampaikan di 3 video tersebut menyatakan bahwa..... TENANG BRO, CUMAN 3% Yang Meninggal ..... Lu Tinggal Pilih Hidup di Garis Yang Mana.


 Yang sangat disayangkan dan bertolak belakang dari spirit yang disampaikan di video tersebut dengan kondisi yang terjadi saat ini adalah
  1. Korban Covid 19 semakin banyak berjatuhan
  2. Beberapa negara di Dunia sudah memilih opsi Lockdown untuk memutus rantai penularan
  3. WHO Sudah mengumumkan kalau corona menjadi Pandemi
  4. Di Indonesia langkah pelan pemerintah membuat kepanikan bagi beberapa pihak dan membuat keuntungan juga di beberapa pihak (penimbun masker, handsanitizer, APD dll)
  5. Korban yang meninggal akibat corona, disemayamkan dengan cara yang jauh dari materi praktek ibadah yang pernah di peroleh oleh mahasiswa di perguruan tinggi islam
  6. Rumah sakit lapangan mulai didirikan
  7. Polisi mulai tegas untuk membubarkan keramaian
  8. Perekonomian sudah mulai terganggu
  9. Dolar sudah ,mendekati di angka Rp.16.000,-
  10. Perbankan sudah mulai panik karena ada stimulus pembayaran kredit dari negara
  11. Dan banyak kondisi lainnya
Apakah data diatas masih akan menggampangkan persoalan yang terjadi, tentunya tidak.

Masalah masiv yang terjadi saat ini malahan sangat bertolak belakang dari statement beliau disaat diwawancara oleh Mas Anang.... Alat untuk deteksi virus yang dianggap sebagai MAINAN itu sangat menentukan nasib seseoang yang merasakan dirinya memiliki indikasi terpapar virus. Ada yang menunggu dengan harap cemas statusnya, ada yang tidak berani bertemu keluarga, ada yang harus isolasi mandiri tanpa kejelasan, ada ODP yang masih berkeliaran, ada PDP yang lari dari rumah sakit dan banyak lagi kasus lainnya yang tidak bisa dipecahkan karena proses deteksi virus yang sangat lama.

Seharusnya, dengan paparan beliau, pengujian virus sudah bisa dilaksanakan di seluruh daerah, buktinya hari ini...proses uji virus masih dilaksanakan terpusat di Jakarta dan dengan jangka waktu hasil data yang sangat-sangat lama.

Universitas Unand yang sedang bersiap melakukan proses uji virus pun harus mendatangkan Reagen dari Luar Negeri (apakah dibiayai pemerintah pusat atau mandiri atau ntah lah).

Masih banyak kendaraan beredar di luaran sana melihatkan bahwa kesadara untuk social distancing tersebut tidak berlaku di beberapa daerah. Masih banyaknya penerbangan dari daerah-daerah KLB menuju kota - kota di indonesia juga memperlihatkan ketakutan tersendiri bagi masyarakat di Indonesia.

Rumah Sakit di Sumatera Barat yang belum siap menerima kondisi status positif corona dengan beban nyata berupa APD yang belum tersedia, mengakibatkan ketidak jelasan penanganan virus ini dari sisi dunia medis.

Belum adanya SOP yang jelas terkait dengan penanganan kasus positif di rumah sakit yang bukan rujukan sudah mencatatkan angka kematian akibat virus ini bagi tenaga medis yang terpapar dan tidak menyangka kalau pasien normal yang ditanganinya adalah carrier dari virus ini.

Virus yang tidak menakutkan ini telah memakan korban tenaga medis yang cukup significant angkanya, ini tentunya karena standar pengelolaan yang belum jelas. 

Dan keputusan Lockdown yang sampai saat ini belum diambil oleh pemerintah sebenarnya telah memperlihatkan kondisi lockdown. Perekonomian sudah awut-awutan. Dollar naik, stimulus pembayaran kredit yang diberikan pemerintah yang agak abu-abu memberikan efek ketidak jelasan di dunia perbankan, dan ini akan merambat ke sektor lainnya. 

Ayolah...kita jaga diri kita dan keluarga dengan melakukan arahan pemerintah untuk Social Distancing.....Virusnya memang tidak perlu ditakuti, tapi penularannya yang harus kita jaga agar keluarga tercinta kita tidak terpapar penyakit ini.


0 komentar:

Posting Komentar