“COVID 19, Berikhtiarlah Memutus Rantai Penularan”

19 Maret 2020

Covid 19 merupakan musibah dan cobaan bagi kita semua, arahan ulil amri sudah jelas, kita menjauh dari keramaian, social distancing (jaga jarak), jangan keluar rumah jika tidak terlau penting agar penularan virus bisa dimitigasi. Malahan sudah ada beberapa pemerintah daerah yang mengeluarkan keputusan untuk pelaksanaan sekolah di rumah, banyak perusahaan yang melaksanakan skema work from home dan banyak hal lainnya 

Beberapa peneliti juga sudah memberikan hitung-hitungan terkait puncak kasus yang akan terjadi di bulan April ataupun bulan Mei karena mitigasi yang kita laksanakan hari ini tidak maksimal (diprediksi sampai di angka 8 ribuan kasus).

Apakah kita TAKUT, tentunya TIDAK….karena dari beberapa statement netizen yg menyatakan bahwa Malaikat izrail sudah punya daftar nama orang yang akan dicabutnya, takdir itu milik Allah, nggk usah takut dengan virus yang super kecil ketimbang Allah yang maha besar, semuanya benar.
Akan tetapi untuk kasus ini, sepertinya selain bertawakal kita tentunya harus berikhtiar. Penularan virus ini massif dan terjadi bukan hanya di Indonesia, tapi diseluruh dunia. Kita bukan takut, tapi memitigasi dan berikhtiar agar dijauhkan dari musibah rasanya lebih bermanfaat ketimbang kita lalai menafsirkan arahan kebijakan penanggulangan virus ini.

JIka memang dengan merubah pola community actifities kita akan bisa mengurangi dampak penularan, kenapa tidak. 


Dikeluarga besar saya ada beberapa tenaga medis yang secara langsung bersentuhan dengan pasien, malahan me wanti-wanti untuk menjaga diri dan keluarga, karena kita tidak bisa memastikan penularan virus itu berasal dari mana.

Penularan bukan hanya berasal dari orang yang bepergian ke lokasi yang sudah dianggap sebagai KLB, tapi carrier (pembawa) virus yang sebelumnya sudah bersentuhan dengan carrier yang kembali dari daerah KLB tersebut tidak akan pernah terdeteksi. Tidak perlu menyalahkan orang yang bepergian, akan tetapi kita saja yang mencoba save dan aware dengan lingkungan kita.

Proses, pemerikasaan virus yang masih dilaksanakan tercentral di Jakarta, tentunya membuat keprihatinan beberapa ibu akan keamanan anaknya semakin memuncak, Proses penanganan dan percepatan informasi kasus yang tidak maksimal menambah keresahan orang tua.

Proses keluar masuk daerah khususnya di Bandara yang belum diperkuat pengamanannya, menambah catatan yang harus di stabilo oleh orang tua di negeri ini. 

Kan sudah ada thermo Scanner dan Thermo Gun yang digunakan oleh otoritas masing-masing tempat….itukan hanya memantau orang yang sudah masuk dalam fase lanjutan penularan virus yang sudah suhu badannya naik/demam, disaat carrier (pembawa) virus tersebut membawa virus tapi bukan dalam kondisi sakit/demam bagaimana ?…

Sehingga ini hanya mitigasi yang tentunya sebagai hal terkecil yang dilaksanakan oleh beberapa instansi tersebut untuk mengurangi risiko, risiko penularannya tetap terjadi jika kita tidak melaksanakan arahan untuk social distancing. 

Sumbar memang belum ada yang positif, tapi rasanya…..resiko itu pasti sangat besar dengan kemajemukan kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya yang sudah berinteraksi dengan dunia luar yang belum bisa dipastikan apakah aman dari virus ini.

So….orang yang memitigasi dan berikhtiar membantu pemutusan rantai penularan Covid 19 ini jangan dianggap takut dan tidak paham dengan agama, karena memahami lah ikhtiar itu harus kita laksanakan dengan sepenuh hati, tentunya diimbangi dengan ibadah kepada Allah SWT.
Dan….Ayo Bergeraklah melawan virus dengan Social Distancing dan selalu memantau kesehatan kita demi keluarga dan masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar