Covid 19 merupakan musibah dan cobaan bagi kita semua, arahan
ulil amri sudah jelas, kita menjauh dari keramaian, social distancing (jaga jarak),
jangan keluar rumah jika tidak terlau penting agar penularan virus bisa
dimitigasi. Malahan sudah ada beberapa pemerintah daerah yang mengeluarkan
keputusan untuk pelaksanaan sekolah di rumah, banyak perusahaan yang
melaksanakan skema work from home dan banyak hal lainnya
Beberapa peneliti juga sudah memberikan hitung-hitungan terkait
puncak kasus yang akan terjadi di bulan April ataupun bulan Mei karena mitigasi
yang kita laksanakan hari ini tidak maksimal (diprediksi sampai di angka 8
ribuan kasus).
Apakah kita TAKUT, tentunya TIDAK….karena dari beberapa
statement netizen yg menyatakan bahwa Malaikat izrail sudah punya daftar nama
orang yang akan dicabutnya, takdir itu milik Allah, nggk usah takut dengan
virus yang super kecil ketimbang Allah yang maha besar, semuanya benar.
Akan tetapi untuk kasus ini, sepertinya selain bertawakal
kita tentunya harus berikhtiar. Penularan virus ini massif dan terjadi bukan
hanya di Indonesia, tapi diseluruh dunia. Kita bukan takut, tapi memitigasi dan
berikhtiar agar dijauhkan dari musibah rasanya lebih bermanfaat ketimbang kita
lalai menafsirkan arahan kebijakan penanggulangan virus ini.
JIka memang dengan merubah pola community actifities kita
akan bisa mengurangi dampak penularan, kenapa tidak.
Dikeluarga besar saya ada beberapa tenaga medis yang secara
langsung bersentuhan dengan pasien, malahan me wanti-wanti untuk menjaga diri
dan keluarga, karena kita tidak bisa memastikan penularan virus itu berasal
dari mana.
Penularan bukan hanya berasal dari orang yang bepergian ke
lokasi yang sudah dianggap sebagai KLB, tapi carrier (pembawa) virus yang
sebelumnya sudah bersentuhan dengan carrier yang kembali dari daerah KLB
tersebut tidak akan pernah terdeteksi. Tidak perlu menyalahkan orang yang bepergian,
akan tetapi kita saja yang mencoba save dan aware dengan lingkungan kita.
Proses, pemerikasaan virus yang masih dilaksanakan
tercentral di Jakarta, tentunya membuat keprihatinan beberapa ibu akan keamanan
anaknya semakin memuncak, Proses penanganan dan percepatan informasi kasus yang
tidak maksimal menambah keresahan orang tua.
Proses keluar masuk daerah khususnya di Bandara yang belum
diperkuat pengamanannya, menambah catatan yang harus di stabilo oleh orang tua
di negeri ini.
Kan sudah ada thermo Scanner dan Thermo Gun yang digunakan oleh
otoritas masing-masing tempat….itukan hanya memantau orang yang sudah masuk
dalam fase lanjutan penularan virus yang sudah suhu badannya naik/demam, disaat
carrier (pembawa) virus tersebut membawa virus tapi bukan dalam kondisi
sakit/demam bagaimana ?…
Sehingga ini hanya mitigasi yang tentunya sebagai hal
terkecil yang dilaksanakan oleh beberapa instansi tersebut untuk mengurangi
risiko, risiko penularannya tetap terjadi jika kita tidak melaksanakan arahan
untuk social distancing.
Sumbar memang belum ada yang positif, tapi rasanya…..resiko
itu pasti sangat besar dengan kemajemukan kepentingan dan kebutuhan
masyarakatnya yang sudah berinteraksi dengan dunia luar yang belum bisa
dipastikan apakah aman dari virus ini.
So….orang yang memitigasi dan berikhtiar membantu pemutusan
rantai penularan Covid 19 ini jangan dianggap takut dan tidak paham dengan
agama, karena memahami lah ikhtiar itu harus kita laksanakan dengan sepenuh
hati, tentunya diimbangi dengan ibadah kepada Allah SWT.
Dan….Ayo Bergeraklah melawan virus dengan Social Distancing
dan selalu memantau kesehatan kita demi keluarga dan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar