Tadi pagi skitar jam 8 kurang sehabis rutinitas do'a pagi dikantor, saya melakukan On The Spot ke Pasar Raya Padang tepatnya di Los Ikan untuk melihat kondisi pergerakan usaha disana. Sengaja waktu yang saya ambil pagi-pagi, karena kondisi di Los Ikan tersebut memang lagi rame-rame nya.
Setiap pagi, Pasar Raya Padang selalu diramaikan oleh para penjual dan pembeli. Pagi shubuh daerah ini dikuasai oleh pedagang sayur dan kebutuhan pokok lainnya, dan disaat matahari sudah mulai nongol pedagang-pedagang lainnpun sudah mulai menempati pos-pos yang telah biasa mereka tempati. Hal ini menjadi sebuah rutinitas yang mempengaruhi perekonomian Kota Padang. Geliat penjual dan pembeli ini setiap harinya akan mencatatkan angka transaksi yang sangat besar, walaupun mereka sering ditertibkan oleh petugas pamong.
Saya pun memarkir motor di tempat parkir yg berada di tepi jalan, setelah sedikit bertegur sapa dan sok akrab dengan petugas parkirnya saya pun langsung menuju lantai dua komplek pasar tersebut. Mengawali kesibukan komplek tersebut, saya disuguhi dengan orang yang berjualan kelapa parut, pedagang cabe, kemudia ada juga pedagang ayam potong dan lain-lain, kemudia saya dihadapkan kepada dua buah jalan (ke kanan menuju los daging dan kekiri ke los ikan) dengan yakin saya pun mengambil jalan ke kiri. Pedagang yang pertama sekali saya jumpai adalah pedagang ikan tawar (kayaknya ikan hasil keramba) kemudian lele, belut. Agak kedalam barulah kita menemui ikan-ikan laut dan berbagai jenis ikan lainnya.
Jika masuk ke daerah Los Ikan ini, saya sedikit teringat sewaktu saya masih duduk di bangku perkuliahan. dulu. Mother biasanya rutin pergi belanja ke pasar setiap hari minggu pagi, dan saya dapat jatah menemani dan juga didaulat menjadi officeboy buat ngangkat-ngangkatin belanjaannya mother. Los Ikan ini merupakan target rutin dari penyerbuan yang dilakukan mother, dari kebiasaan itulah sedikit-sedikit saya bisa belajar jenis-jenis ikan trus harga dan juga cara memilih ikan yang masih segar. Dan yang pasti, mother adalah suhu besar dalam melakukan tawar menawar dengan penjual.....hahaha....emang udah dasarnya, ibu-ibu ntu benar-benar sadis nawar, beda seribu perak-pun nggk mau......sip.
Secara tidak sengaja, saya bertemu dengan salah seorang teman satu angkatan waktu di SMU 3 Padang dulu. Nama akrabnya Bagil (nggk tau juga sih, kenapa dia bisa dipanggil kayak gitu), Bagil ini telah lama malang melintang di Los Ikan dan menurut cerita yang saya dapatkan dari teman-teman, Bagil udah mulai berjualan sewaktu masih SMA (Saya salut dengan perjalanan hidup bagil ini, dia membiayai kuliahnya dari hasil berdagang ikan). Setelah sedikit melepas kangen, cerita-cerita masa SMA dan juga ngomongin perkuliahannya yang blon klar2, Bagil pun minta permisi karena rekannya sudah datang dengan membawa berkarung-karung ikan air tawar.
Pergumulan dengan ikan pun dimulai, setelah ikan-ikan yang berada di dalam karung tadi di tumpahkan.....ibu-ibu yang sedari tadi menunggu langsung berebutan memilih dan langsung memasukkan ke dalam kantong-kantong plastiknya. Tidak cukup satu karung, karung berikutnya ditumpahkan dan setelah saya hitung ada sekitar 5 buah karung dan satu buah baskom besar yang langsung ludes diamuk masa (massa-nya banyak dari golongan ibu-ibu). Karena kesibukan yang semakin tinggi di lokasi itu, saya pun mohon diri dengan pemilik lapak dan juga dengan si Bagil. Sebenarnya saya berkeinginan untuk sedikit melakukan wawancara untuk melihat bagaimana dan apa pengaruh krisis yang lagi naik daun saat ini dengan penjualan ikan yang terjadi di Los ikan itu. Tapi tanpa wawancara pun saya bisa melihat langsung bahwa pasar ini tidak begitu terdampak dilihat dari banyaknya transaksi antara penjual dan pembeli yang saya lihat langsung.
0 komentar:
Posting Komentar