Tradisi Balimau yang sudah menyalahi makna

01 September 2008

Hari minggu kemarin merupakan hari terakhir umat islam bisa mencicipi makanan di siang hari dan dalam kurun waktu sebulan kedepan semua umat islam akan menghadapi bulan ramadhan yang dipenuhi berkah dan setiap muslim akan berlomba-lomba dalam melengkapi dan memaksimalkan ibadahnya.

Di Sumatera Barat khususnya di Kota Padang pergantian bulan Sya’ban ke Ramadhan ini di lakukan dengan sebuah tradisi yang di beri nama ”BALIMAU”. Balimau ini dimaknai oleh masyarakat sebagai kegiatan mensucikan diri dengan mandi-mandi di tempat pemandian umum. Tradisi ini sudah berjalan cukup lama, seiring waktu dan kemajuan zaman yang terlindas oleh modernisasi, Balimau sudah dimaknai menjadi sesuatu yang tidak sakral lagi tapi cuma untuk ajang mandi-mandi saja. Lebih parahnya di beberapa tempat di kota Padang kegiatan Balimau ini dihiasi dengan beberapa kegiatan yang dirasa tidak cocok untuk menyambut sebuah bulan yang begitu mulia. Seperti contoh di Jembatan By Pass Polsek Kuranji, disana diadakan kegiatan Balimau yang sepertinya telah dikoordinir secara baik karena ada beberapa rambu-rambu yang bertuliskan “tempat balimau Laki-laki’ dan bagi yang tidak balimau disuguhi dengan hiburan dari sebuah grup band yang panggungnya diletakkan di depan Polsek Kuranji. Sebuah perhelatan yang di restui oleh pihak yang berwajib, tetapi ada beberapa hal yang disayangkan dilokasi tersebut. Pertama rambu-rambu untuk mandi sesuai dengan tempat yang disediakan tidak berjalan sebagaimana mestinya (Gabung antara cewek dengan cowok), kemudian dengan adanya hiburan gratis yang disuguhkan kepada masyarakat pada sore itu menyebabkan antrian kendaraan dari dua arah yang menyebabkan kemacetan yang cukup panjang.


Lain lagi di Jembatan Kelawi, digawangi oleh persatuan pemuda daerah setempat diadakanlah hajatan untuk menyambut Bulan Ramadhan dengan menghadirkan hiburan berupa orgen tunggal yang ditonton oleh masyarakat banyak. Ada beberapa hal yang disayangkan juga dengan rangkaian kegiatan tersebut, seharusnya dengan kegiatan yang bertemakan menyambut bulan ramadhan lagu-lagu yang ditampilkan juga lagu-lagu yang lebih islami atau minimal tidak seperti penampilan orgen tunggal disaat Baralek. Akan tetapi lagu yang ditampilkan masih seronok dan kurang tepat dengan kondisi, walaupun pakaian yang dipakai artisnya masih terlihat sopan akan tetapi goyangannya masih terlihat sensual dan mengundang. Dengan ditonton oleh banyak orang dan tidak terkecuali oleh anak-anak, apakah tradisi yang telah dikemas apik ini memberikan efek yang baik, apa tindakan pemerintah memaknai kegiatan-kegiatan seperti ini, malahan di Jembatan Kelawi ini kegiatan tersebut dibuka dan diramaikan oleh satu pasang calon Walikota dan Wakil Walikota Padang yang notabene akan memimpin Kota Padang kedepan. Mau dibawa kemana adat dan istiadat yang dari hari kehari dihilangkan demi mengikuti kemajuan zaman.


Apakah ini sebuah makna tradisi balimau yang selama ini dilakukan oleh seluruh masyarakat di Sumatera Barat. Apa yang harus diwariskan kepada masyarakat jika makna adat dan tradisi pun telah dikelola secara modern

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah tradisi yang bagus...semakin memperkaya khasanah budaya Indonesia.
Cuma memang harus perlu media kontrol agar tidak terlalu jauh melenceng dari jalur

Anonim mengatakan...

Kini balimau alah pakai band sagalo yo Da, sesuai jo jamannyo balimau alah kalua dari tujuannyo, tingga niek wak se lai... (wak dulu acok balimau di Lubuak Minturun)

Anonim mengatakan...

mantap bana... tradisi yang tidak baik...

awi mengatakan...

tradisi yang unik, harus dijaga dan dilestarikan keasliannya, sayang kalo dirusak oleh ke-modern-an

Anonim mengatakan...

hendri ga pernah setuju yang namanya balimau. ga peduli itu budaya atau apa. Karena pas di saat balimau, apalagi udah nyampur gitu. pasti lekuk tubuh si cewe bakal jelas kelihatan, bukannya bersih, malah si cowo bakal horny dan mungkin saja bisa masturbasi (maaf, tapi ini kenyataan). Alangkah lebih baik kalo pas mau ramadhan itu kita siltaturrahmi dengan sanak saudara dan saling memaafkan, sehingga pas disaat menjalankan ibadah puasa nanti hati kita bersih dari amarah dan dendam.

Kalo soal tradisi, kalo jelek masih dipertahankan?

Posting Komentar