Masih teringat diskusi yang
dilaksanakan di warung A+ di sekitaran Anduring sekitar setahun yang lalu yang dihadiri
petinggi lembaga mahasiswa Manajemen Perbankan Syariah, Ekonomi Islam dan dari
lembaga mahasiswa fakultas FEBI. Diskusi ini diawali dengan informasi
kepindahan kampus FEBI dari Lubuk Lintah Ke Sungai Bangek. Mahasiswa
mengeluhkan ketidaksiapan mereka untuk menghadapi suasana baru dan tantangan
baru di lokasi yang cukup jauh dari pusat kota Padang itu.
Sebagai alumni yang pernah
merasakan hidup menjadi seorang mahasiswa di kawasan Lubuk Lintah, Kampung
Kalawi, Anduring dan sekitarnya, hal ini lumrah dirasakan, karena Lubuk Lintah
terasa nyaman dan ramah baik dari sisi kantong mahasiswa dan juga dari sisi proses
menjalani hidup jauh dari orang tua. Mulai dari tempat kost, kebutuhan makan,
akses ke pasar raya dan kebutuhan lain sangat ringan dan mudah di akses di lokasi
ini.
Saat ini sudah setahun lebih
mahasiwa FEBI menikmati kampus baru yang berada di puncak bukik itu, tentunya
dengan beberapa keluhan yang sampai saat ini belum mendapatkan solusi. Kata
kuncinya hanyalah kesabaran, sehingga kawan-kawan mahasiswa FEBI masih tabah menikmati
kesendiriannya di puncak bukit ini. Unjuk rasa untuk menyampaikan aspirasipun
ternyata pernah dijalani untuk meminta
kejelasan dari berbagai kekurangan yang mereka hadapi, akan tetapi masih belum
membuahkan hasil.
Perjalanan dari kampus UIN Lubuk
Lintah ke Kampus 3 Sungai Bangek diperkirakan memakan waktu 40 menit dengan
jarak 20 km, dan sekitar 2 km sebelum sampai ke kampus 3 tersebut pengguna
jalan akan dihadapkan dengan jalan kerikil yang berlubang serta curam. Sudah
cukup sering terjadi kecelakaan tunggal yang dialami mahasiswa ketika berjuang
untuk sampai ke lokasi kampusnya.
Ada lokasi favorit para penggiat
alam yang akan dilewati pada jalur tersebut yang dikenal dengan nama “Basecamp
Korea”, kurang lebih 1 km sebelum kampus, pada lokasi ini biasanya banyak
kegiatan kemah/kemping yang cukup rutin dilaksanakan, dan sampai saat ini masih
tetap menjadi lokasi favorit para penggiat alam. Sehingga setiap perjalanan ke
kampus khususnya hari sabtu, masih terhampar keindahan tenda-tenda para
penggiat alam yang salah satu tujuan mereka memilih lokasi tersebut adalah untuk
menjauh dari hiruk pikuk kota dan menikmati sunyinya alam.
Rata-rata mahasiwa angkatan 2017
memilih kos di rumah-rumah warga sekitar
2 km dari kampus yang secara konsep belum siap menerima kedatangan anak
kos di kampung mereka. Rata-rata uang kos yang harus dibayarkan jumlahnya lebih
besar jika dibandingkan dengan di kawasan lubuk lintah, belum lagi masalah
sumatera tengah yang jauh dari harapan
seorang anak kos, selain harga yg normal, penjualnya pun belum begitu banyak.
Untuk ke kampus, kawan-kawan
mahasiswa harus bersabar menunggu jadwal kedatangan Bus bantuan Pemko yang
bertolak dari kampus Lubuk Lintah, jika bus sudah lewat, maka mahasiswa harus
rela berjalan kaki sekitar 2 km dengan corak jalan yang akan mempertanyakan
ketahanan sepatu dan kekuatan kaki penggunanya untuk bisa mengikuti jalan
mendaki berkerikil. Belum lagi cuaca panas ataupun hujan yang sering berganti
tanpa aba-aba di daerah ini, menambah spirit kesabaran bagi mahasiswa.
Bukan cuman masalah kos,
makan, transportasi dan hal lain yang bersifat kebutuhan individu, kebutuhan
bermahasiswapun menjadi tantangan terbesar bagi mahasiswa FEBI di puncak bukit
ini. Rata-rata mahasiswa tahun 2016-2017 mulai meninggalkan keinginan mereka
untuk ikut berorganisasi baik intra maupun ektra kampus, hal ini tentunya
dipengaruhi oleh keterbatasan jarak dan waktu. Mahasiswa kuliah dari senin
sampai jumat, khusus Manajemen Perbankan Syariah ada juga yang berkuliah di
hari sabtu.
Dengan jarak tempuh 40 menit
dan jadwal kuliah yang cukup menguras waktu, maka kondisi ini akan menghasilkan
Tuna Organisasi bagi mahasiswa FEBI, hilang sudah kejayaan calon pakar ekonomi
yang memiliki leadership, kemampuan retorika, enterpreneurship, kreatifitas serta daya inovasi yang biasa
ditanamkan saat berorganisasi.
Sampai saat ini belum ada gerakan
nyata dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau organisasi kemahasiswaan intra
serta extra lainnya yang ingin membuka cabang di kampus 3, atau minimal
melakukan kegiatan di lokasi kampus 3 untuk menampung keinginan mahasiswa FEBI
untuk berorganisasi. Akan dicatat dalam sejarah kemahasiswaan, hilangnya
peradaban FEBI dilingkungan UKM dan organisasi intra serta extra diakibatkan
keterbatasan akses yang mereka alami, padahal mahasiswa MPS dan EKI merupakan
penghuni aktif di beberapa organisasi di Lingkungan IAIN.
Ternyata secara pasif kesabaran itu
juga menjalar kepada dosen pengajar yang juga ikut merasakan perjuangan untuk mencapai
hasil maksimal dalam proses belajar mengajar. Ada sebagian dosen yang masih
menjadikan kampus Lubuk Lintah sebagai posko awal untuk ke kampus, dengan
menggunakan bus bantuan pemko, beberap dosen dengan senang hati ikut berdesakan
dengan mahasiswa untuk bisa mencapai tujuan PBM, ada juga yang ikut menumpang
dengan mobil pak dekan.
Lain lagi cerita dosen praktisi
yang hanya bisa mengajar di hari Sabtu, selain perjalanan yang melewati jalan
berkerikil yang beresiko cukup tinggi, tantangan lain yang mereka hadapi adalah
kehadiran mahasiswa pada sesi kuliah pagi yang tidak pernah tepat waktu, atau
malahan mahasiswa yang ingin lebih cepat
mengakhiri perkuliahan di sore hari karena klakson mobil Bus sudah berbunyi. Hal
ini dikarenakan mobil bantuan pemko yang mengurangi jadwal jalan
operasionalnya.
Lokal Pagi Pukul 08.00 WIB
Lokal Kedua Pukul 09.30 WIB
Catatan ini seharusnya tak berujung,
akan tetapi beberapa hal diatas sudah terasa cukup sebagai bahan awal bagi kita
semua (stake holder) untuk mulai memikirkan bagaimana mengembangkan peradaban
mahasiswa yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus supaya tidak merasa
diperlakukan tidak seimbang. Semoga
catatan ini bisa menjadi sebuah tantangan baru bagi seluruh pemangku
kepentingan agar mulai berpikir dan berkreasi untuk mengkondisikan kebutuhan
mahasiswa yang berada di puncak bukit ini.
Rifka Abadi
Alumni Kampus Lubuk Lintah yang rutin setiap Sabtu berkunjung ke Kampus 3
Sungai Bangek
0 komentar:
Posting Komentar