Saat ini Kota Padang sedang giat2nya membuat inovasi baru terhadap dunia pendidikan sekolah, dengan meliburkan siswa dan siswinya di saat Ramadhan dan menggiring mereka untuk aktif di Masjid-masjid dalam rangka mengikuti Pesantren Ramadhan diharapkan akan tercipta generasi muda yang lebih religi dan memliki bekal agama yang cukup kuat.
Kegiatan ini sangat bermanfaat dan memberikan cita rasa baru bagi kalangan pelajar, kegiatan edukasi ini pun telah mulai di ikuti oleh beberapa daerah di Sumatera Barat. Kedepan diharapkan seluruh pelajar diIndonesia bisa menikmati kegiatan ini agar Bulan Ramadhan bisa dinikmati lebih maksimal.
Tapi ada beberapa kondisi yang sangat berbeda sekali dengan spirit Pesram (pesantren Ramadhan) yang di agung2kan baik oleh Pemda maupun sekolah.
Di seputaran Pantai Padang tepatnya di kawasan Danau Cimpago Purus, masih terhampar dengan indahnya lokasi-lokasi maksiat yang secara kasat mata bisa terlihat jelas. Sampai saat ini paysek (payung esek-esek) ini masih beroperasi secara leluasa tanpa ada tindakan tegas dari pihak terkait. Pada awal ramadhan, paysek ini belum ada yang buka, akan tetapi pada minggu kedua, mulailah mereka menjamur kembali memperlihatkan taringnya karena tidak ada yang bakal berani menumpas kebathilan di lokasi mereka.
Terkadang saya berharap ada Laskar Islam, FPI atau apalah namanya yang mau dan bersedia merazia lokasi ini, karena sampai saat ini belum ada tindakan tegas dari pemda. Padahal keberadaan kawasan ini sudah menjadi rahasia publik, tapi kenapa pemda masih mentolerir kegiatan-kegiatan yang merusak kesucian ramadhan tersebut.
Kalau dari bisik-bisik yang biasa terdengar di kedai-kedai kopi " kalau lai lancar setoran, ndak ka adoh yg manggaduah do". Apakah hal tersebut benar dan masih menjadi tumbal bagi negeri yang sering di timpa bencana ini, apakah kita berharap bencana besar itu benar-benar akan datang.
Di tambah lagi, sudah 3 minggu ini, setiap sabtu malam (malam minggu) sebuah Plasa terkenal di KOta Padang menawarkan diskon besar-besaran yang dimulai dari pukul 22.00 WIB sampai tengah malam (kadang sampai jam 01.00 WIB lewat). Apakah Pemda telah memikirkan masak-masak dampak yang akan menyertai kegiatan sampai tengah malam tersebut.
Kita ambil beberapa kondisi yang bisa kita temui sehari-hari, seperti :
- Akan ada beberapa muda mudi yang membuat alasan pergi ke Plasa tersebut ke Orang tuanya ataupun ke Ibu Kos, akan tetapi mereka malah mojok berduaan di Bungus maupun di Paysek Danau Cimpago.
- Berapa banyak anak gadis minang yang akan berkeluyuran sampai dini hari setiap malam minggu, apakah ini yang akan mencerminkan Kota yang sedang berbenah ke arah religius...?
- Berapa banyak Karyawan yang mesti lembur dan banting tulang untuk kegiatan ini, kalau dari sisi penyelenggara Diskon - pasti mereka sudah memiliki antisipasi, akan tetapi bagi penjaga toko-toko lainnya di komplek Plasa tersebut...apakah ada kajian komprehensif dari Dinas tenaga kerja.
- Berapa banyak shaf yang terisi di saat sholat Tarawih pada malam minggu tersebut, walaupun seluruh pelajar di wajibkan..tapi masih banyak yang membandel dan memilih keluyuran.
Saya pikir masih banyak lagi ke mudharatan yang akan terjadi seiring kegiatan-kegiatan seperti itu. Hal ini harus menjadi perhatian khusus oleh pemda Kota Padang sebagai Ulil Amri di negeri ini.
Jangan biarkan negeri ini rusak hanya gara-gara salah asuh dan salah management, serta kurang ketegasan.
0 komentar:
Posting Komentar