hari Kamis kemaren tanggal 18 saeptember 2008 Lantera MinangKabau mengadakan Buka Bersama dengan seluruh komunitas Peduli Aids Sumatera Barat di Mesjid komplek PGAI Padang. acara diadakan mulai jam 17.30 yang diisi dengan santapan rohani dari Buya Masoed Abidin. Alhamdulillah pesertanya yang menghadiri kegiatan cukup banyak, berkisar sampai 40-an orang yang merupakan ODHA dan OHIDHA yang aktif di Lantera MinangKabau.
Dalam santapan rohani juga diadakan diskusi dengan buya yang memberikan beberapa kekuatan baru bagi kawan2 ODHA, dimana penyakit yang diderita bukanlah penyakit kutukan melainkan penyakit sebagaimana penyakit yang dialami oleh orang lain, seperti jantung, hipertensi, kanker dan lain-lain. Kedepan kegiatan diskusi dengan pemuka agama ini akan di follow up setiap bulannya guna memberi bekal bagi kawan2 ODHA dan OHIDHA dalam menjalankan ibadah dan menambah semnagt hidup
Hari minggu kemarin merupakan hari terakhir umat islam bisa mencicipi makanan di siang hari dan dalam kurun waktu sebulan kedepan semua umat islam akan menghadapi bulan ramadhan yang dipenuhi berkah dan setiap muslim akan berlomba-lomba dalam melengkapi dan memaksimalkan ibadahnya.
Di Sumatera Barat khususnya di Kota Padang pergantian bulan Sya’ban ke Ramadhan ini di lakukan dengan sebuah tradisi yang di beri nama ”BALIMAU”. Balimau ini dimaknai oleh masyarakat sebagai kegiatan mensucikan diri dengan mandi-mandi di tempat pemandian umum. Tradisi ini sudah berjalan cukup lama, seiring waktu dan kemajuan zaman yang terlindas oleh modernisasi, Balimau sudah dimaknai menjadi sesuatu yang tidak sakral lagi tapi cuma untuk ajang mandi-mandi saja. Lebih parahnya di beberapa tempat di kotaPadang kegiatan Balimau ini dihiasi dengan beberapa kegiatan yang dirasa tidak cocok untuk menyambut sebuah bulan yang begitu mulia. Seperti contoh di Jembatan By Pass Polsek Kuranji, disana diadakan kegiatan Balimau yang sepertinya telah dikoordinir secara baik karena ada beberapa rambu-rambu yang bertuliskan “tempat balimau Laki-laki’ dan bagi yang tidak balimau disuguhi dengan hiburan dari sebuah grup band yang panggungnya diletakkan di depan Polsek Kuranji. Sebuah perhelatan yang di restui oleh pihak yang berwajib, tetapi ada beberapa hal yang disayangkan dilokasi tersebut. Pertama rambu-rambu untuk mandi sesuai dengan tempat yang disediakan tidak berjalan sebagaimana mestinya (Gabung antara cewek dengan cowok), kemudian dengan adanya hiburan gratis yang disuguhkan kepada masyarakat pada sore itu menyebabkan antrian kendaraan dari dua arah yang menyebabkan kemacetan yang cukup panjang.
Lain lagi di Jembatan Kelawi, digawangi oleh persatuan pemuda daerah setempat diadakanlah hajatan untuk menyambut Bulan Ramadhan dengan menghadirkan hiburan berupa orgen tunggal yang ditonton oleh masyarakat banyak. Ada beberapa hal yang disayangkan juga dengan rangkaian kegiatan tersebut, seharusnya dengan kegiatan yang bertemakan menyambut bulan ramadhan lagu-lagu yang ditampilkan juga lagu-lagu yang lebih islami atau minimal tidak seperti penampilan orgen tunggal disaat Baralek. Akan tetapi lagu yang ditampilkan masih seronok dan kurang tepat dengan kondisi, walaupun pakaian yang dipakai artisnya masih terlihat sopan akan tetapi goyangannya masih terlihat sensual dan mengundang. Dengan ditonton oleh banyak orang dan tidak terkecuali oleh anak-anak, apakah tradisi yang telah dikemas apik ini memberikan efek yang baik, apa tindakan pemerintah memaknai kegiatan-kegiatan seperti ini, malahan di Jembatan Kelawi ini kegiatan tersebut dibuka dan diramaikan oleh satu pasang calon Walikota dan Wakil Walikota Padang yang notabene akan memimpin Kota Padang kedepan. Mau dibawa kemana adat dan istiadat yang dari hari kehari dihilangkan demi mengikuti kemajuan zaman.
Apakah ini sebuah makna tradisi balimau yang selama ini dilakukan oleh seluruh masyarakat di Sumatera Barat. Apa yang harus diwariskan kepada masyarakat jika makna adat dan tradisi pun telah dikelola secara modern
Photo diatas diambil di perairan Kuranji tepatnya di bawah jembatan By Pass Kuranji, terlihat 3 orang yang sedang menggunakan sebuah papan yang disulap menjadi perahu pada tradisi balimau hari Minggu tgl 31 Agustus 2008 pukul 17.30 WIB
Setelah selesai sholat tarawih pertama tadi malam saya ditelpon oleh seorang rekan di PMI Cab. Padang yang meberikan informasi bahwa ada anak hilang di daerah Purus tepatnya di pertemuan (muaro) air laut dan air tawar di dekat danau buatan. Setelah sampai dilokasi di dapatkan informasi kalau anak tersebut berjumlah 6 orang dan terseret arus dikarenakan mereka mencoba menyeberangi muaro tersebut. Kejadiannya sekitar jam 3 sore, dan sampai saat ini 5 orang anak telah ditemukan dalam kondisi selamat dan sampai tadi malam pukul 24.00 WIB korban terakhir belum diketemukan. Dari kesaksian korban yang selamat, korban yang bernama fadhli (8,5 tahun) berada tepat dibelakangnya dan sempat merangkul pinggang temannya, ketika temannya bisa mengangkat badan keatas korban tidak bisa berpegangan lagi dan akhirnya hilang. Beberapa tim pencari yang berasal dari unit 113 dan juga dari KSR PMI Cabang Padang meyakini kalau korban menginjak tanah yang lunak sehingga tertarik kedalam.
Dari beberapa informasi dilapangan, didapatkan bahwa daerah muaro tersebut memang sudah sering memakan korban, tahun kemaren bertepatan 1 hari sebelum ramadhan terjadi juga hal yang sama seperti kejadian ini. Anak –anak tersebut di temukan terpisah ada yang ditemukan diperairan belakang Transito ujar salah seorang orang tua korban yang anaknya meninggal tahun kemaren. Penduduk disanapun menyatakan tempat tersebut memang terkenal dengan nama “muaro lasak” karena pertemuan airnya tidak jelas dan sering memakan korban. Setiap Awal ramadhan selalu ada kejadian-kejadian yang kadang-kadang berbentuk bencana, keunikan ataupun yang lain. Oleh karena itu tidak ada salahnya memaknai Ramadhan lebih berarti dan selalu mendekatkan diri kepada yang kuasa....(Kayak ustadz ya......)